Literasi Catatan Sejarah Didalam Versi Buku Cetakan dan Digitalisasi Era 5.0
Ditengah gempuran digitalisasi yang kini sudah berada diposisi 5.0, para penulis buku (cetakan) terus melakukan dengan berbagai berbagai macam penyesuaian didalam pengaplikasiannya.
Salah satu kegiatan yang dilakukannya dengan menggelar Sarasehan Literasi : Diskusi Publik dan Bedah Buku di Aula Kampus Institut Agama Islam Bogor (IAIB) Minggu 16 Februari 2025.
Dengan Topik Persatuan Nasional dan Kemakmuran Bangsa Melalui Koherensi Sosial, di Kampus IAIB Desa Parakan Muncang Kecamatan Nanggung, Bogor Provinsi Jawa Barat. 'Menghadang Kubilai Khan' judul buku yang dibedah.
Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bogor Putra Gara menyebutkan, acara literasi itu sangat penting dilaksanakan disetiap Kampus sebagai langkah awal para Mahasiswa dalam menimba ilmu.
"Kegiatannya bukan hanya positif tetapi produktif, ini perlu serta sangat penting dilakukan oleh kampus iaib, karena ini juga salah satu amanah dari Pak Rektor.
Bagaimana kampus IAIB menjadi kawah Candra dimuka sebagai tempat diskusi untuk para mahasiswa menyampaikan pandangan dan pemikirannya," ungkap Putra Gara.
Pemikiran mahasiswa didalam diskusi dan bedah buku ini, menurut Putra Gara menjadi salah satu pemantiknya dalam menyikapi setiap perkembangan.
"Bagaimana mahasiswa-mahasiswa ini harus berpikir kritis didalam menyikapi keadaan pada saat ini dan flashback ke belakang atau kejadian pada masa lalu.
Karena buku Menghadang Kubilai Khan ini merupakan novel sejarah, tentu kalau direfleksikan kekinian tentunya menjadi salah satu catatan penting.
Bagaimana kekuasaan itu bisa bertahan dari dulu hingga sekarang ini, memang kalau diperebutkan negara sudah jadi beberapa bagian," katanya.
Sebagai eksistensi adanya literasi yang berkelanjutan sebagai perimbangan dari jaman, keduanya harus disetarakan dan antara Buku Cetakan dengan Digital.
"Itu ada dua unsur antara buku fisik dan non fisik, karena buku phisik (cetakan)
itu penting, katakanlah kalau disini kita pegang tidak bisa dipegang di tempat lain karena sifat kepentingannya lokal.
Sementara untuk yang digital lebih jauh menjangkau, bagaimana buku ini atau catatan ini harus didistribusikan, agar orang tahu memahami dan mempelajari dari seluruh isinya," ujar Putra Gara.
Hasil karya dari buku cetakan dan juga digital sama-sama memiliki kandungan yang bisa difahami oleh para pembaca, karena novel sejarah akan mengajarkan banyak hal.
"Kita juga bisa belajar dari bab ke bab di dalam buku ini, bagaimana kerajaannya Singosari dalam rangka menghadap ke wilayah Islam itu menjadi satu catatan penting.
Bagaimana mempertahankan ekonomi atau juga mempertahankan kedaulatan bangsa nya sendiri, seperti jawabannya semua ada disana," pungkasnya.
Post a Comment